Beras Analog Berbahan Dasar Umbi

Beras Analog Berbahan Dasar Umbi
Seperti yang kita ketahui beras telah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Ketersediaannya menjadi sesuatu yang dapat memberikan keuntungan di sektor ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Di zaman modern seperti sekarang muncul satu kekhawatiran dimana ketersediaan lahan atau sawah yang menjadi media menanam padi dari tahun ke tahun mengalami penurunan, akibatnya pemerintah terpaksa mengimpor beras dari luar negeri. Padahal dunia internasional mengenal Indonesia dengan semboyannya “Swasembada Beras”, ini menjadi satu masalah bagi BPPT dalam mencari alternatif untuk bahan pokok selain beras.
Kini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan beras tiruan atau beras analog yang berbahan dasar lokal. Mungkin masyarakat sudah ragu ketika mendengar kata beras tiruan, namun ternyata beras analog ini sangat menyehatkan dan tidak mengandung bahan kimia seperti beras plastik. Beras analog ini bisa berasal dari beberapa bahan yakni jagung, sagu, dan ubi kayu sehingga dijamin aman untuk dikonsumsi dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Tidak seperti beras dari tanaman padi, beras analog memiliki kandungan glisemik yang rendah sehingga baik bagi kesehatan.

Beberapa bulan yang lalu media gempar memberitakan adanya beras plastik yang telah beredar di masyarakat, kini masyarakat dituntut harus waspada terhadap beras yang dibelinya. Dengan adanya beras analog kini permasalahan akan menipisnya ketersediaan beras padi bisa sedikit teratasi. Proses produksi dari beras analog juga diawasi langsung oleh BPPT dan diseminasi teknik produksi juga dilakukan melalui pelaku uasaha (UKM).

Dalam pembuatan beras analog terdiri dari tiga proses yaitu pencampuran, pengulenan, dan pemotongan. Alat-alat yang dipakai untuk produksi beras analog pun dapat di modifikasi, dan biasanya para pelaku bisnis UKM yang melakukan modifikasi alat produksi tersebut guna menambah hasil produksi.

Dalam proses tahap awal, sumber karbohidrat harus dihaluskan terlebih dahulu dan dicampur dengan air serta sejumlah bahan lainnya ke dalam wadah atau mixer. Setelah selesai dari mixer maka bahan tadi dimasukkan ke dalam extruder yang di dalamnya terdapat screw. Selama proses extruder berlangsung adoanan dipanaskan dan dicampur dengan air. Kemudian adonan melewati cetakan yang nantinya ketika keluar adonan sudah berbentuk beras. Setelah dari cetakan maka adonan dipotong-potong dan hasilnya akan terlihat bahan yang semula berupa adonan singkong akan keluar menjadi beras, lalu untuk menyempurnakan hasilnya harus melalui proses pengeringan.
Kini beras analog sudah mulai diproduksi secara masal, pabrik produsen beras analog juga tengah dibangun. Meski produksi beras analog dilakukan secara besar-besaran dan masih sedikit lambat, kuliner dengan menggunakan beras analog ini sudah tersedia khususnya nasi analog berbahan dasar jagung.

Menarik bukan? Di tengah isu beras plastik yang beredar  di masyarakat kini pemerintah melakukan terobosan dengan memproduksi beras analog. Selain beras analog, masyarakat juga bisa mengkonsumsi jenis beras lain yakni beras merah dan beras hitam yang khasiatnya baik bagi kesehatan.

Baca juga: Mengenal macam-macam super fruit

Keberlangsungan pemerinth Indonesia dalam swasembada beras tentu harus mendapat dukungan dari setiap lapisan masyarakat tidak hanya berpusat pada petani saja. Dari tahun ke tahun kekhawatiran pemerintah tentang terbatasnya lahan pertanian semakin mencuat, maka dari itu peran generasi penerus dalam memberikan kontribusi di bidang pertanian sangat dibutuhkan.
Bagaimana apakah Anda sudah siap? Semoga dengan informasi di atas mampu memberikan inspirasi dan ketertarikan kaum muda dalam dunia pertanian.

0 comments:

Post a Comment

Jangan lupa, silakan tulis komentar Anda!